Thursday, August 31, 2017

Mading Kemerdekaan Karya Mahasiswa Mempawah

Tags
Tujuh belas agustus tahun empat lima
Itulah hari kemerdekaan kita
Hari merdeka nusa dan bangsa
Hari lahirnya bangsa Indonesia
Merdeka
Sekali merdeka tetap merdeka
Selama hayat masih di kandung badan
Kita tetap setia tetap sedia
Mempertahankan Indonesia
Kita tetap setia tetap sedia
Membela negara kita

Begitulah lirik lagu Hari Merdeka (17 Agustus 1945) karya H. Mutahar. Hari kemerdekaan selayaknya disambut sangat gembira oleh masyarakat Indonesia dimanapun berada. Tidak hanya dengan gembira tetapi juga merenungkan bagaimana susah payahnya para pejuang untuk mewujudkan kemerdekaan. Usaha perjuangan tersebut tentunya membutuhkan pengorbanan, baik itu waktu, tenaga, fikiran bahkan tidak sedikit nyawa yang berguguran. Usaha untuk mewujudkan kemerdekaan tentunya juga dilandasi adanya keinginan leluhur kita agar generasi berikutnya bisa hidup lebih bermartabat. Generasi tersebut adalah kita! Kita bisa hidup dengan damai, tanpa adanya penindasan atau pun perperangan. Sekarang tugas kita yaitu menjaga kemerdekaan dan keutuhan NKRI serta mengisi hari-hari dengan hal positif untuk kemajuan bangsa Indonesia.

Dalam rangka memeriahkan hari kemerdekaan Indonesia, tentunya disetiap daerah atau pun orang memiliki cara unik tersendiri untuk memeriahkan hari kemerdekaan tersebut. Entah itu dengan mengadakan perlombaan tradisional, mengadakan seminar, melakukan kunjungan tempat bersejarah ataupun hal yang lainnya.

Begitu juga dengan Asrama Mahasiswa Kabupaten Mempawah. Dalam rangka memeriahkan ulang tahun Republik Indonesia yang ke 72, pihak pengurus mengadakan lomba mading untuk warga Asrama Mahasiswa Kabupaten Mempawah. Tema yang diusung tentunya tidak terlepas dari hari kemerdekaan yang pada saat itu memang merupakan momennya. Perlombaan ini tentu saja sangat disambut antusias oleh seluruh warga asrama. Perlombaan ini juga mengajari kami bagaimana bisa menyisihkan waktu di tengah kesibukan kami masing-masing dan kerjasama yang baik dalam tim.

Berikut beberapa gambar mading dengan tema kemerdekaan karya Mahasiswa Mempawah:


















Harapan kami untuk ulang tahun kemerdekaan Indonesia yang ke-72 yaitu semoga Indonesia kedepannya bisa lebih bersatu, lebih maju dan keadilan semakin ditegakkan.

Gosip Lovers

Tags


Suara riuh terdengar dari arah meja makan kami. Suara tawa dan kadang disertai teriakan teman memenuhi langit-langit kafé. Wajar saja, sudah tiga tahun semenjak kami lulus dari SMA belum pernah sekalipun bertemu seperti ini. Semua pada sibuk dengan kegiatannya masing-masing. Ada yang melanjutkan kuliah, ada yang merantau kenegeri orang untuk berkerja dan bahkan ada yang melanjutkan pernikahan.

Banyak hal yang berubah drastis setelah lama tidak bertemu. Aku perhatikan satu persatu temanku tanpa mereka sadari. Arif namanya, dulu sangat dekil dan rambut tidak pernah disisir, sekarang terlihat lebih rapi dan bisa menjaga penampilan. Erwin yang dulu kurus, sekarang lebih gemuk dan hampir saja aku tidak kenali. Dian yang saat SMA di panggil badak kerena tubuhnya yang gemuk dan untuk berjalan pun terlihat susah, sekarang terlihat lebih seksi. Entah program apa yang dilakaukannya selama tiga tahun belakangan ini, yang pastinya perubahannya 180 derajat. Dewi alias mantanku saat dulu, sekarang makin terlihat ayu dan senyumnya semakin aduhai. Rasanya tidang sanggup jika selalu berhadapan dengannya. Dan masih banyak lagi perubahan pada temanku yang lainnya.

“Kau terlihat jauh lebih menarik Dian. Jauh dari yang aku duga. Dulu kau seperti badak dan sekarang kau malahan seperti kelinci imut yang ingin aku peluk.” Ucap Erwin sambil tertawa dan mengeluarkan bungkus rokok dari saku celananya.

Dian langsung merespon apa yang diucapkan Erwin. “Dan kau juga Erwin, sungguh sangat lucu dibandingkan dulu. Dulu jika kau dipeluk mungkin hanya seperti memeluk tiang listrik dan dicubit hanya terasa tulang. Sekarang kau telah berubah menjadi seperti beruang yang imut. Sini, peluk aku. Seratus cubitan telah siap untuk kamu. Ayo beruang imut, kemari…” Dian tertawa sambil menunjukkan tangan yang telah siap untuk mencubit.

Langit-langit rumah makan kembali dipenuhi suara tawa. Hal seperti ini sudah biasa kami lakukan saat masa sekolah. Entah itu menyindir, mengejek atau malahan memaki. Bagi kami, semua itu kami anggap hanya sebagai gurauan.

“Kau masih ingat dengan Fitri, tetangga kelas kita?” Dian bertanya dan memandang kami dengan serius layaknya seperti seorang motivator.

“Fitri yang manis itu?” Arif langsung bertanya dan matanya langsung terarah ke Dian. Tidak hanya Arif, teman yang lain juga langsung mengarahkan pandangan ke arah Dian dan memasang wajah dengan ekspresi bertanya. Untuk apa pula tiba-tiba membicarakan Fitri yang tidak ada hubungan dengan acara reunian ini.

“Oi, cewek seperti itu kau bilang manis. Kau tidak lihat disini, masih banyak yang lebih cantik. Contohnya aku dan Dewi.” Yuni langsung merespon kata Arif dan mulai lagi memuji dirinya untuk dijadikan lelucon.

“Ada apa dengan fitri, Dian. Ayo jelaskan.” Dewi langsung bertanya kepada Dian. Terlihat dari ekspresi wajahnya sangat ingin tahu.

“Begini, sekitar dua bulan yang lalu aku membaca status Fitri di facebook. Di statusnya berisikan kata-kata bahwa dia putus dengan Amir, pacar lamanya.” Dian menjelaskan sambil meminum teh es yang baru saja datang.

“Terus?” Arif langsung bertanya. Dan memperhatikan dengan seksama seperti menonton adegan tinju.

“Terus apanya Rif?“ Dian bertanya. 

“Maksud aku kelanjutannya dan bagaimana mereka bisa putus.” Arif mempertegas pertanyaanya.

Ternyata Arif juga sangat tertarik dengan pembicaraan ini. Apalagi topik yang di bicarakan adalah Fitri, wanita yang pernah disukainya saat masa SMA. Aku masih ingat, bagaimana usaha Arif untuk mendekati Fitri. Hampir setiap hari selalu mengirimkan surat dengan kata-kata seperti penyair cinta. Namun semua yang dilakukan hanyalah sia-sia tanpa ada balasan surat dari Fitri

“Kita beralih kepembicaraan yang lain saja. Tidak baik jika kita membicarakan hal orang lain yang tidak ada disini”. Aku langsung memotong sebelum Dian melanjutkan pembicaraan. Berharap agar pembicaraan beralih ke topik yang lain. Sungguh, aku merasa tidak enak jika topik pembicaraan adalah Fitri.

“Kau hanya tinggal mendengarkan saja, Jaka. Jika kau tidak suka mendengarnya, harap untuk diam dan tidak perlu berkomentar. Lagi pula Fitri bukan siapa-siapa kau.” Dian berkata dengan suara agak kesal kearahku.

Selanjutnya aku hanya banyak terdiam. Kadang aku juga ikut tertawa, berpura-pura ikut peduli terhadap apa yang mereka bicarakan. Membicarakan hal orang lain adalah hal yang sudah biasa saat kami sekolah. Selalu saja ada topik pembicaraan yang dibawakan oleh Dian dan kami menjulukinya sebagai ratu gosip. Aku kira dengan bertambahnya usia juga akan merubah sikap mereka menjadi lebih dewasa. Ternyata tidak. Mereka masih setia menjadi pengikut dan diperbudak oleh gosip alias gosip lovers. 

“Kalian pasti belum tahu mengapa mereka putus.” Dian melanjutkan pembicaraan berkata layaknya seperti host di dalam televisi. “Mereka putus karena Fitri ketahuan selingkuh. Begitulah kalau didalam cinta adanya penghianatan, ujung-ujungnya kandas. Walaupun telah menjalin hubungan lebih lama.” Dian melanjutkan pembicaraanya.

Aku langsung tersedak minuman ketika mendengarkan hal tersebut. Bagaimana mungkin Dian bisa langung menghakimi Fitri jika mendapatkan informasi hanya melalui celotehan di facabook. Aku menoleh kearah belakang dan melihat pelayan kafe sudah membawakan makanan kami. Syukurlah makanan telah tiba dan setidaknya teman-teman akan lebih sibuk dengan menikmati makanan yang dihidangkan.

Saturday, August 26, 2017

Hentikan Menawar Harga Ke Nelayan


Anda sangat menyukai konsumsi ikan, cumi-cumi, udang atau lainnya yang berasal dari tangkapan nelayan ketika melaut? Saya rasa semua orang menyukainya, apalagi ikan terkenal kaya akan kandungan gizinya. Namun tanpa kita sadari, banyak diantara kita yang selalu menawar harga ketika sedang membeli ikan. Kalau nawarnya ke pengumpul atau ke pengecer saya rasa tidak masalah, namun saya merasa keberatan jika anda menawar harga ikan yang dibeli langsung ke nelayan. Apakah teman-teman pernah berfikir bagaimana susahnya nelayan untuk memperoleh hasil tangkapan tersebut?

Kali ini saya ingin berbagi cerita kepada teman-teman tentang pengalaman liburan saya akhir pekan yang lalu. Mendengar kata 'liburan' memang sangat menyerukan apalagi dalam akhir-akhir ini disibukkan dengan tugas atau pekerjaan. Namun liburan kali ini sangat berbeda dengan liburan yang biasa dilakukan sebelumnya. Kali ini liburan saya  ada kaitannya dengan kegiatan rutin yang selalu dilakukan oleh nelayan, yaitu pergi melaut.

Meskipun sebelumnya saya sudah pernah mengarungi laut dalam rangka berliburan ke pulau, namun jika ikut nelayan melaut bagi saya merupakan yang pertama kali alias perdana. Singkat cerita, kami pun berangkat melaut disaat hari masih gelap. Beginilah setiap hari yang selalu dilakukan oleh nelayan harus berangkat subuh agar bisa mendapatkan tangkapan ikan yang banyak dan pulang sebelum matahari terbenam.

Motor air kami pun perlahan-lahan menyusuri sungai yang saat itu sedang surut. Didalam perjalanan, cuaca yang dilihat sangat bersahabat tadi, tiba-tiba saja turun gerimis yang membasahi motor air kami. Oh ia, motor air yang kami gunakan tidaklah besar seperti kapal-kapal milik bandar besar yang sangat kokoh ketika ombak menghadang, melainkan panjangnya hanya 8 meter dan terbuat dari bahan papan.

Awalnya saya fikir perjalanan ini sama juga seperti liburan saya ke sebuah pulau yang sangat menyerukan dan penuh dengan petualangan yang sangat menyerukan. Namun ternyata ombak yang kami hadapi sekarang ini lebih besar dari yang pernah saya alami sebelumnya. Dengan lincahnya pak nelayan sekaligus juga sebagai pengemudi motor air ini menyerongkan motor air agar ombak tidak menghantam motor air ini lebih kuat. Jika salah ambil langkah saja, motor air bisa tenggelam atau pecah terkena hempasan ombak yang kuat.

Satu jam lebih perjalanan, akhirnya kami sampai di tengah laut. Motor air kami pun dihentikan dan dimulailah untuk menurunkan pukat. Dengan hati-hati pak nelayan menjatuhkan pukatnya dilaut sambil memainkan kemudi motor air yang telah dirancang sedemikian rupa sehingga bisa berjalan perlahan untuk mengulur pukat tadi. Tidak hanya itu, Pak Nelayan juga harus bisa menjaga keseimbangan tubuhnya agar jangan sampai jatuh kelaut akibat motor air yang selalu bergoyang.

Dengan berhentinya motor air sejenak, saya kira terjangan ombak yang dirasakan semakin berkurang. Ternyata rasanya malah makin bertambah  dan membuat kami terasa terombang-ambing. Teman yang tadinya sebelum berangkat sangat antusias dan senang ketika berangkat, wajahnya mulai terlihat pucat dan begitu juga bibirnya. Jika bukan dikarenakan di tengah laut, sudah kukatakan kalau wajahnya sudah mirip seperti mayat. Setelah beberapa menit, akhirnya teman saya tersebut memberikan makan ikan.

Langit yang tadinya terlihat sangat bersahabat, kini terlihat seperti akan runtuh yang dipenuhi awan mendung. Lagi-lagi cuaca memang tidak bisa di tebak. Hujan pun turun dengan deras membuat kami yang diluar harus segera masuk dan berteduh dibawah kap. Kini ombak lebih tinggi lagi dari yang sebelumnya. Pikiranku pun mulai dirasuki dengan membayangkan hal yang negatif. Apa jadinya jika motor air ini selalu dihantam gelombang yang tingginya  mencapai 2 sampai 3 meter. Sepintas saya membayangkan film kapal titanic yang dimulai dengan kisah perjalanan yang menyerukan namun berakhir dengan kisah yang menyedihkan.

Kata temanku yang juga memang merupakan anak nelayan, tinggi ombak sekarang ini tidaklah seberapa dibandingkan dengan sebelumnya yang juga disertai angin kencang. Jika seperti ini saja dia an anggap tidak ada apanya, bagaimana lagi dengan yang lebih besarnya? Aku tersadar bahwa pergi melaut taruhannya adalah nyawa.

Meskipun hujan masih deras dan ombak masih besar, Pak Nelayan masih tetap melanjutkan untuk melaut. Padahal di kiri kanan jelas terlihat tinggi ombak melebihi tinggi motor air. Karena sudah tidak sanggupnya menahan pusing kepala akibat terombang ambing, akhirnya aku pun juga memberikan ikan makan secara cuma-cuma, mengikuti jejak temanku yang sebelumnya.  Sungguh, mabuk laut itu lebih menyakitkan dibandingkan dengan mabuk darat. Rasanya ingin segera hilang dan langsung berada di daratan untuk beristirahat. Untuk bangun pun aku sudah susah, hanya sebentar saja. Akhirnya aku dan temanku hanya bisa terbaring sambil memejamkan mata dan sesekali melihat tingginya ombak yang seakan mengikuti kami.

Setelah berapa lama, akhirnya huajan mulai berhenti dan digantikan cuaca yang sangat panas. Meskipun cuaca sudah membaik, namun tinggi ombaknya masih cukup tinggi. Jika tadi kami dihadapkan dengan hujan yang membuat ombak menjadi tinggi, sekarang kami harus dihadapkan teriknya panas matahari yang terasa menyengat. Apalagi kap motor air tempat kami berteduh jaraknya rendah sehingga membuat rasa panas masih  terasa. Dengan semakin teriknya matahari ternyata membuat kami semakin mabuk pula

Hilanglah sudah semua rencana yang telah kami persiapkan sebelumnya. Jika sebelumnya kami semua berencana ingin berfoto sebanyak mungkin dengan view yang menarik, kini hanya terbaring lemah dibawah kap motor air. Sungguh, bagaikan jasad yang sudah tak bernyawa. Begitu juga dengan makanan yang kami bawa, terlantar seperti tidak ada yang memilikinya

Kurang lebih lima jam lamanya menarik pukat, akhirnya pak nelayan menaikkan pukat tersebut. Terlihat berbagai jenis ikan yang terperangkap, cumi-cumi dan juga renjong. Rasa mabuk saya sepertinya sedikit berkurang melihat hal tersebut. Saya pun memutuskan untuk membantu memilih hasil tangkapan tersebut dan memasukkan ketempatnya masing-masing. Namun, yang namanya mabuk tetap saja tidak bisa nunduk. Dan lagi-lagi saya memutuskan untuk pergi berbaring saja.

Melihat kondisi kami yang tidak begitu baik, akhirnya Pak Nelayan memutuskan untuk segera pulang. Padahal jam pulang sebenarnya adalah sore, sekitar jam 4. Jadi merasa bersalah terhadap Pak Nelayan. Gara-gara kami yang ikut melaut mengakibatkan Pak Nelayan harus pulang lebih awal dan pastinya tangkapanpun akan lebih sedikit dari yang sebelumnya. Saya do'akan untuk nelayan dimanapun berada, semoga tangkapannya selalu melimpah dan mendapatkan harga yang layak.

Meskipun sudah berada dirumah, rasa mabuk tersebut masih saja tetap terasa. Apalagi ketika pergi ke kamar kecil, rasanya masih seperti terombang-ambing dilautan (Efek mabuk lautan). Jadi sekali lagi saya ingatkan jangan menawar harga ikan jika langsung membeli ke nelayannya.


Saturday, August 5, 2017

Tujuh Alasan Kenapa Anda Harus Mengunjungi Kota Pontianak

Skyscrapercity.com

Pontianak adalah ibu kota provinsi kalimantan barat dan juga merupakan kota yang dilalui oleh garis khatulistiwa. Oleh karena itu kota Pontianak mendapat julukan sebagai Kota Khatulistiwa. Awal berdirinya pontianak dimulai dengan datangnya rombongan Syarif Abdurrahman Alkadrie pada tanggal 24 Rajab 1181 Hijriah atau bertepatan pada tanggal 23 Oktober 1771 Masehi. Pada saat itu dilakukanlah penebangan hutan yang berada di persimpangan tiga sungai (Sungai Landak, sungai Kapuas Kecil dan sungai Kapuas Besar) untuk di jadikan sebagai tempat tinggal. Lambat laun, daerah tersebut semakin terkenal dan menjadi sebagai kota perdagangan dan pelabuhan. 

Menurut cerita, pemberian nama Kota Pontianak tidak terlepas dari kisah hantu kuntilanak yang selalulu mengganggu rombongan Sultan Syarif abdurrahman ketika membuka hutan. Atas dari kisah itulah, penamaan kota ini diambil dari kata ‘pohon’ dan ‘kuntilanak’ sehingga menjadi sebutan Pontianak. Meskipun sejarah awal berdirinya kota ini cukup menyeramkan, namun Kota Pontianak saat ini semakin ramai dan berkembang pesat di dalam segala bidang.

Kota pontianak juga tidak kalah menariknya dengan kota-kota lain yang menawarkan berbagai keindahan alam dan budaya. Berikut ini Tujuh alasan yang akan saya ulas mengapa anda harus mengunjungi kota Pontianak.

1. Dilalui sungai terpanjang se Indonesia

klikwisatamenarik.blogspot.com

liupurnomo.com

Kota Pontianak dilalui oleh sungai Kapuas yang merupakan sungai terpanjang di Indonesia. Dengan panjang sungai yang mencapai 1143 Km. Keelokan sungai Kapuas terlihat sangat jelas dengan berlabuhnya kapal besar dan aktifitas masyarakat yang masih banyak menggunakan transportasi air yang tradisional. Untuk menikmati keindahan Sungai Kapuas secara langsung, anda dapat menaiki kapal wisata yang akan membawa anda menyusuri sungai terpanjang ini. Diatas kapal ini juga anda bisa memperhatikan bagaimana keseharian masyarakat di tepian Sungai Kapuas, keindahan masjid Jami’ Pontianak yang terletak ditepian sungai, serta hilir mudiknya kapal-kapal yang mengangkut penumpang dan barang. Bagi masyarakat Pontianak, kapal wisata ini lebih dikenal dengan sebutan kapal bandong.

Tidak hanya menikmati dengan kapal wisata, dipinggiran Sungai Kapuas juga banyak tersedia kafe-kafe yang memiliki pemandangan sangat menarik. Anda hanya tinggal memilih kafe mana yang lebih berkesan di hati anda. Selain itu, anda juga dapat bersantai di taman Alun Kapuas, menghirup udara taman yang segar sambil menikmati keindahan sungai.

2. Pontianak merupakan Kota Khatulistiwa

rizaladventurous.com

jatengpos.co.id
Sekitar 3 kilometer dari arah pusat kota Pontianak menuju arah kota Mempawah berdiri megah Tugu Khatulistiwa. Tugu Khatulistiwa ini banyak menarik wisatawan baik lokal maupun dari luar negeri. Hal yang paling ditunggu-tunggu bagi pengunjung Tugu Khatulistiwa adalah terjadinya titik kulminasi matahari, yakni fenomena alam ketika matahari tepat berada di atas garis khatulistiwa. Pada saat tersebut, posisi matahari tepat berada diatas kepala dan menghilangkan semua bayangan yang ada di sekitar Tugu Khatulistiwa. Fenomena alam tersebut terjadi dua kali dalam setahun yaitu pada tanggal 21-23 Maret dan 21-23 September. Selain itu, dilokasi Tugu Khatulistiwa ini juga bisa membuat sebuah telur berdiri. Penasarankan?

3. Menikmati keindahan bambu kuning raksasa

nikodemusoul.wordpress.com

Pontianakpost.co.id
Bambu kuning yang dimaksud sebenarnya bukanlah merupakan bambu asli atau hidup seperti yang kita ketahui, melainkan merupakan sebuah tugu dengan bentuk bambu kuning yang besar. Tugu bambu kuning tersebut dikenal dengan sebutan tugu Digulist atau Tugu Bambu Runcing. Jumlah bambu yang ada berjumlah sebelas buah dengan ketinggian berbeda-beda. Monument ini didirikan dengan tujuan untuk mengabadikan kisah perjuangan dari sebelas tokoh pejuang Sarekat Islam pada zaman penjajahan Belanda.

Keindahan tugu digulist semakin elok dengan adanya air mancur yang mengelilingi tugu dan pesona warna-warni lampu ketika malam hari tiba. Tidak heran, jika pada malam hari banyak orang-orang yang berkunjung untuk menikmati keindahan tugu digulist dan mengabadikannya.

4. Istanah Kadariyah, peninggalan Kesultanan Pontianak

kesultanankadriah.blogspot.com

dreamindonesia.me
Istana Kadariyah atau Keraton Kadariyah merupakan peninggalan kesultanan Pontianak. Keraton Kadariyah didirikan oleh Sultan Syarif Abdurrahman Alkadrie yang juga merupakan raja pertama di Kerajaan Pontianak. Istana Kadariah terletak di Kampung Dalam Bugis Kecamatan Pontianak Timur, 4 Km dari pusat Kota Pontianak. Di tempat inilah merupakan saksi sejarah berdirinya kota Pontianak yang terkenal akan legenda hantu kuntilanaknya.

Keraton Kadariyah masih sangat terlihat kokoh dan telah mengalami renovasi tanpa mengubah bentuk bangunan. Selain itu, banyak peninggalan zaman kesultanan yang masih bisa kita jumpai. Seperti cermin retak seribu, foto-foto masa kesultanan dan peninggalan meriam kuno buatan protugis dan prancis. Didepan keraton Kadariyah terdapat juga Masjid Jami' Pontianak yang merupakan masjid tertua di Kota Pontianak. Terletak di persimpangan tiga sungai (Sungai Kapuas Besar, Sungai Kapuas Kecil dan Sungai Landak) membuat lokasi ini sangat strategis dan memiliki keindahan alam yang menarik.

5. Surganya Buah Tropis

manfaatbuah89.blogspot.co.id

sidomi.com
Kota pontianak tidak hanya menyajikan pemandangan alam yang indah dan sejarah budayanya saja, tetapi juga memiliki jenis buah tropis yang beragam. Semua buah yang berasal dari pelosok Kalbar akan berkumpul di Kota Pontianak yang memang merupakan sebagai pusat perdagangan. Seperti buah durian, manggis, rambutan, pisang, langsat, salak, buah naga, cempedak dan buah khas kalbar yang lainnya. 

Selain itu, pontianak juga terkenal dengan produksi lidah buaya yang memang merupakan produk unggulan Pontianak. berbagai olahan dari lidah buaya ini dapat kita peroleh dalam bentuk minuman, makanan dan kosmetik. Tunggu apalagi, ayo kunjungi Pontianak.

6. Festival meriam karbit terbesar di Indonesia bahkan di dunia

detiknews.com

wisatapontianak.com
Festival meriam karbit merupakan agenda tahunan yang selalu dilaksanakan oleh masyarakat Pontianak. Festival meriam karbit ini merupakan bentuk rasa syukur masyarakat muslim di pinggiran Sungai Kapuas akan hadirnya hari raya Idul Fitri. Lagi-lagi, kehadiran festifal meriam karbit ini juga tidak lepas dari sejarah berdirinya kota Pontianak. Untuk melawan hantu kuntilanak yang selalu tertawa dan mengganggu rombongan, Sultan Syarif Abdurrahman menggunakan meriam karbit untuk mengusir hantu tersebut. Makanya penggunaan meriam karbit selalu dilestarikan.

Eits, jangan berfikir meriam yang digunakan dalam festival ini terbuat dari logam. Sejatinya meriam karbit ini menggunakan pohon pilihan yang diyakini memiliki kualitas yang bagus dan tahan lama. Meriam-meriam tersebut akan dilukis dengan gambar yang menarik dan diletakkan ditepian sungai. Jika malam tiba, dentuman meriam akan saling bersahutan dari dua kubu berbeda yang hanya dipisahkan oleh aliran sungai Kapuas. Dentuman meriam yang paling bagus akan menjadi pemenang dalam festival tersebut.

7. Ragam wisata kuliner yang menarik 

sampanpesisir.blogspot.com

buahatiku.com
Tidak hanya dengan sejarah dan budayanya saja yang unik, Kota Pontianak juga memiliki ragam kuliner yang unik dan lezat. Tidak harus menyusuri semua wilayah Kalbar, berbagai makanan khas Kalimantan Barat akan anda jumpai di Kota Pontianak. Salah satu contohnya adalah bubur pedas yang merupakan makanan khas masyarakat Sambas bisa anda nikmati juga disini. Selain itu, Berbagai kuliner asli Pontianak juga tidak kalah lezatnya. Seperti pengkang, sotong pangkong, chaikue, bingka berendam dan yang lainnya juga akan menggoyang lidah anda.

Mungkin hanya itu ulasan saya mengapa anda harus mengunjungi Kota Pontianak. Sebenarnya masih banyak lagi tempat wisata lainnya yang belum sempat saya jelaskan disini. Seperti Rumah adat Melayu, Rumah Radank adat Dayak, Aloevera Center Pontianak, Museum Kalimantan Barat dan yang lain-lainnya. Selain Kota Pontianak, daerah lainnya yang ada di Kalimantan Barat juga memiliki tempat wisata yang sangat menarik untuk dikunjungi.Tunggu apalagi, ayo segera kunjungi Kota Pontianak.

Friday, August 4, 2017

Berlibur Sekaligus Belajar di Aloevera Center Pontianak

Penyerhan Plakat dari Pihak Asrama Mahasiswa Kabupaten Mempawah

Mengunjungi wisata alam dan wahana hiburan lainnya dengan tujuan untuk bersenang-senang adalah hal yang sudah biasa. Namun akan menjadi luar biasa apabila tempat yang kita kunjungi bisa memberikan pembelajaran disaat mendatanginya. 

Salah satunya tempat yang memiliki kriteria seperti hal tersebut adalah Aloevere Center Pontianak. Kegiatan kunjungan yang dilakukan oleh Asrama Mahasiswa Kabupaten Mempawah ini adalah agenda dari bidang keilmuan untuk lebih mengenal tentang keberadaan Aloevera Center di Pontianak.


Aloevera Center Pontianak terletak di Jalan Budi Utomo, Kecamatan Pontianak Utara. Jika anda berkunjung dari arah pusat Kota Pontianak, jarak yang ditempuh adalah kurang lebih 7,2 Km atau dengan waktu tempuh kurang lebih 20 menit. Itu pun jika keadaan arus lalu lintas dalam keadaan lengang. Jadi disarankan, jika ingin berkunjung sebaiknya dilakukan setelah jam macet (diatas waktu karyawan berangkat kerja dan anak-anak ke sekolah).

Didalam perjalanan ketika anda memasuki jalan Budi Utomo, anda akan melihat tokoh-tokoh di emperan jalan yang banyak menjual lidah buaya dalam bentuk pelepah. Pantasan saja buaya-buaya di sungai sudah tidak memiliki lidah, ternyata di perjual-belikan disini (Hehehe. Sekedar gurauan).

Penayangan Video dari Pihak Aloevera Center Pontianak

Akhirnya kami sampai di tempat tujuan. Kedatangan kunjungan kami disambut dengan hangat oleh pihak Aloevera Center Pontianak. Dari pihak Aloevera center pun mempersilahkan kami masuk dan duduk ditempat yang telah disediakan.

Sebagai awal kegiatan kami ditayangkan seputar tentang Aloevera Center yang meliputi pengenalan jenis aloevera, awal keberadaan Aloevera Center dan produk olahan yang telah dikembangkan. Dari video tersebut juga terlihat jelas, bahwa Pemerintah Kota Pontianak sangat mendukung terhadap keberadaan tempat ini. Selanjutnya kami diberikan kesempatan untuk bertanya terhadap hal yang berkaitan dengan Aloevera Center.

Tahukah anda, aloevera atau yang biasa disebut lidah buaya ini memiliki banyak manfaat dalam kehidupan manusia. Mulai dari minuman, olahan makanan, obat-obatan hingga bahan utama dalam pembuatan produk kosmetik. Tidak heran jika Kota Pontianak sangat mendukung terhadap pembudidayaan tanaman lidah buaya untuk selalu dikembangkan.

Hal ini pun tentu saja didukung dengan keadaan lahan Pontianak yang berupa lahan gambut sehingga sangat cocok untuk membudidayakan tanaman tersebut. Adapun jenis lidah buaya yang dikembangkan adalah lidah buaya jenis aloe chinensis baker yang umumnya bisa dikonsumsi.

Produk Lidah Buaya dari Aloevera Center Pontianak

Setelah penayangan video selesai, selanjutnya kami dipersilahkan untuk melihat macam-macam produk olahan dari bahan lidah buaya. Berbagai jenis minuman dan makanan seperti minuman lidah buaya dengan aneka rasa, permen lidah buaya, kerupuk lidah buaya dan dodol lidah buaya.

Tidak hanya dalam bentuk minuman dan makanan, tetapi juga dalam bentuk produk kecantikan yaitu kosmetik. Olahan lidah buaya dalam bentuk kosmetik ini berupa pembersih muka, lotion dan shampo.

Tampak Beberapa Jenis Lidah Buaya Sebagai Tanaman Hias

Tampak  Beberapa Jenis Tanaman Hias Lidah Buaya

Salah Satu Tanaman Hias Lidah Buaya

Kegiatan tidak hanya berhenti didalam ruangan saja, selanjutnya kami diajak untuk melanjutkan kegiatan diluar ruangan. Disini kami bisa langsung melihat tanaman lidah buaya yang dibudidayakan. Ukurannya pun relatif besar dan berbeda jauh dengan yang biasa ditanam oleh masyarakat dipekarangan rumah.

Tidak hanya lidah buaya yang bisa dikonsumsi saja ada disini, tetapi juga ada berbagai jenis tanaman lidah buaya hias. Bentuknya pun sangat unik-unik bahkan ada yang memiliki bunga. Disetiap pot tanaman tersebut juga tertempel nama ilmiahnya yang akan membuat kita mudah untuk mengenalinya. Sungguh pengetahuan yang sangat luar biasa bisa berkunjung ditempat ini.

Semakin jauh perjalanan kami, kami juga menjumpai penangkaran anggrek yang memiliki jenis bermacam-macam. Berdasarkan kabar yang saya dengar, anggrek yang dibudidayakan ini ternyata merupakan anggrek khas Kalimantan. Dan tidak kalah penting, disini juga disediakan taman untuk bersantai ketika sudah merasa lelah. Dan jika anda berkunjung disini bersama anak-anak, tempat ini juga menyediakan taman bermain yang akan membuat anak anda betah ketika datang kesini.

Menikmati Kesegaran Minuman Lidah Buaya

Setelah puas berkeliling, kami pun memutuskan untuk segera berkumpul di pendopo. Ketika berkumpul, kami juga dihidangkan minuman lidah buaya dengan rasa leci yang segar. Rasanya sungguh nikmat, apalagi disantap ketika cuaca panas begini.

Rasa lelah berkeliling dan panasnya matahari pun langsung hilang. Terimakasih kepada pihak Aloevera Center Pontianak yang telah menyuguhkan kami minuman segar dengan harga yang cuma-cuma alias gratis.

Foto Bersama

pulang, kami menyempatkan diri terlebih dahulu untuk berfoto kepada pihak Aloevera Center Pontianak sekaligus mengucapkan terimakasih karena telah menerima kunjungan kami. Apalagi pelayanan yang diberikan sangat mengena di hati kami.

Cerita Anak Bugis Segedong #1

Tags



Hembusan angin yang menerpa kulit masih terasa dingin. Cahaya lampu disetiap rumah warga satu persatu mulai menghentikan cahaya. Kicauan ayam jantan saling sahutan disana sini seakan ingin menunjukan suara siapa yang paling mengesankan. Satu dua warga dari kejauhan pun terlihat sibuk menuruni anak tangga pemandian, mempersiapkan sampan untuk keladang.

“Kau belum turun mandi, Hamid ? “ suara Emak terdengar melangkah keluar dari dalam rumah. Ditangannya terlihat bungkusan untuk bekalan keladang.

“Masih dingin Mak”. aku menjawab dengan nada melas. “ Emak sudah mau berangkat?” aku langsung mengalihkan pembicaraan. Aku tidak ingin mamak menyuruhku untuk mandi yang kedua kalinya.

“Sebentar lagi, masih menunggu Uwak mu ganti pakaian” mama langsung melangkah masuk kedalam. Seketika badan Emak langsung hilang dari balik pintu.

Uwak merupakan panggilan seorang ayah yang biasa digunakan dimasyarakat kami. dari seluruh penduduk dikampungku, hampir semuanya merupakan keturunan Bugis. Kami tidak tinggal di pulau Sulawesi melainkan nenek moyang kami merupakan perantau dan menetap di pulau Kalimantan ini semenjak zaman kerajaan.

Aku langsung mengambil keranjang sabun, menuruni anak tangga dan melangkah menuju parit. Air ditempatku tidaklah jernih seperti air dikota atau di daerah sekitar perbukitan. Melainkan berwarna kuning kemerahan dikarenakan kondisi tanah kami yang merupakan tanah gambut. Aku mencelupkan separuh kaki ku didalam parit. Dikarenakan hujan tadi malam yang berkepanjangan, air parit lebih terasa dingin dari pada biasanya. satu dua melaju sampan dihadapan ku. Segelintir orang yang berada didalam sampan berteriak menyuruhku untuk langsung terjun kedalam parit, biar airnya tidak semakin terasa dingin katanya.

***

Semua perlengkapan untuk keperluan sekolah telah siap semenjak tadi malam. Ibu membiasakan dan selalu mengingatkanku untuk mempersiapkan segala perlengkapan lebih awal. Tugas matematika yang diberikan guruku telah aku kerjakan dengan tuntas. Seragam sekolah telah terpasang rapi walaupun tanpa dasi dan topi. Akupun bergegas pergi berangkat kesekolah menyeberangi jembatan diatas parit yang cukup tinggi. Kuarahkan pandanganku di jalan setapak hingga ujungnya, masih terlihat lengang oleh teman-temanku yang berangkat kesekolah. Aku pun terus melajukan langkahku biar bisa datang lebih dahulu dari yang lainnya.

“Mid, tunggu aku” suara teriakan dari arah belakangku. Aku menoleh dan ternyata adalah Rohim, teman sebangku disekolah.

“Ayo Rohim. Lebih cepat larinya”. Aku tertawa melihat dia yang berlari menyusulku sambil membawa seikat rambutan.

“Kau tidak meneriak diriku ketika lewat didepan rumah”. Rohim langsung bertanya ketika langkahnya mulai sejajar denganku. “Dan kau kelihatannya terlihat sangat tergesa-gesa”.

Aku memilih tidak menjawab. Hanya tersenyum ketika aku menoleh kepadanya. Biasanya setiap pagi kami memang selalu berangkat bersama dan dia selalu siap menunggu di teras rumah. Aku mengambil dua buah rambutan yang bergantung ditangannya. Dia memang sering membawa buah ketika sedang ada musimnya. Pernah saat itu dia membawah buah durian yang telah dibuang kulitnya. Satu kelas kami pun berubah menjadi seperti kebun durian yang dipenuhi aroma yang menyengat.

“Kau belum menjawab pertanyaanku Mid. Dan malahan kau sudah memetik buah rambutanku” Rohim berseru dengan agak sedikit jengkel.

“Aku hanya ingin datang lebih awal membawa kue nek Ambi biar habis lebih cepat. Aku pun mengira kau telah berangkat kesekolah dan biasanya kau selalu menungguku di teras” aku pun menjelaskan padanya.

“Bukankah kau bisa berhenti sebentar untuk meneriakiku dan menunggu. Kurang lebih hanya tiga menit, Hamid. Tidak lama bukan?“. Rohim masih melanjutkan pertanyaannya.

“Bukankah sudah kukatakan aku ingin datang lebih cepat. Tiga menit itu juga waktu. Bayangkan saja jika dalam tiga menit tersebut, kue ku bisa laku lima buah”. Aku menghentikan langkahku sejenak dan berharap agar Rohim tidak terlalu mempermasalahkan hal tersebut.

Kami pun melanjutkan kembali langkah yang sempat terhenti. Rohim yang disampingku dengan banyak pertanyaan sekarang lebih memilih untuk diam dan menikmati buah rambutan yang dibawanya. Sesekali ia merintih gara-gara rambutan yang dimakannya juga terikut semut.

Udara dikampungku sungguh terasa sangat segar. Kampung yang terletak jauh dari hiruk pikuk perkotaan membuat segala aktifitas terasa nyaman disini. Disepanjang jalan, kiri kanan kami berbaris rapi pohon kelapa yang menjulang tinggi dan berbuah lebat. Pohon kelapa tersebut akan segera dipanjat apabila buahnya sudah bisa menghasilkan santan. Sesekali terlihat tupai yang meloncat dari dahan satu kedahan yang lainnya.

“Coba kau perhatikan itu Hamid”. Rohim menepuk pundakku dan mengarahkan telunjuknya ke induk ayam yang berwarna hitam beserta anaknya.

Aku mengarahkan pandanganku kearah ayam tersebut. “Oi, enak sekali jika ayam itu jika di goreng. Begitu jugakah maksudmu Rohim?” Aku bertanya kepada Rohim yang sibuk memperhatikan ayam.

Rohim menoleh kepadaku .“Bukan itu maksudku. Coba kau perhatikan lagi. Aku sungguh kagum dengan perangai si ayam tersebut”.

Aku heran dengan tingkahlaku si Rohim yang mengagumi ayam tersebut. Bukankah ayam tersebut suatu saat di potong, lalu di goreng atau dimasak rendang. “Dia bukan bintang sepak bola yang mudah memasukkan bola kegawang lawannya, Rohim. Dia juga bukan seperti artis di televisi yang memainkan sebuah drama. Dia hanya seekor ayam”. Aku melanjutkan pembicaraan. 

“Ayam ini memiliki perangai yang unik Hamid. Coba kau perhatikan. Dia bangun untuk mencari makan lebih awal sebelum matahari memanasi bumi. Bahkan ayam juga yang membangunkan kita dengan suara kokokannya disubuh hari. Dan lihat juga, semua anaknya yang masih kecil saja sudah di bawa untuk mencari makan. Unik kan?”. Rohim menjelaskanku dengan tegas.

Aku tidak menyangka Rohim bisa berfikir seperti itu. Aku tertegun dan melihat lebih lamat kearah ayam tersebut.

“Induk ayam ini membawa anaknya saat dari kecil, Hamid. Bukankah dia bisa saja meninggalkan anaknya dikandang dan mencari makan untuk anaknya sendirian. Tapi itu tidak mungkin dia lakukan. Ia membiasakan anak-anaknya untuk mencari makan bersama-sama. Lihat, separuh anaknya meniruh tingkah laku induknya. Mengaiskan kakinya ketanah dan berharap ada makanan disana.” Rohim melangkahkan kakinya dan mengajakku untuk melanjutkan perjalanan.

“Kau hebat Rohim. Kau bisa memperhatikan sesuatu yang ada di sekitar lingkungan kita. Dan kau juga bisa mengambil pelajaran dari hal tersebut. Kau layak mendapatkan dua jempolku.” Kuarahkan jempol tanganku padanya sebagai apresiasi.

“Kita harus bisa membaca dan bersahabat dengan alam, Hamid. Banyak hal-hal yang bisa dijadikan sebagai pelajaran dari sesuatu yang terjadi disekitar kita. Contohnya saja ayam tadi. Dia mengajari kita bagaimana induk ayam tersebut mengajarkan kepada anaknya untuk bertahan hidup. Hal itu selalu dilakukan induk ayam tersebut hingga terbentuklah kepribadian dari anak-anaknya. Tinggal bagaimana saja kita dapat menerapkannya di dalam kehidupan”.

Aku mendengarkan dengan takzim atas penjelasan Rohim. Seketika aku langsung teringat dengan Mamak. Ternyata selama ini yang dilakukan Mamak kepadaku juga demi kebaikanku kedepannya. Mamak selalu mengingatkanku untuk selalu disiplin waktu, entah itu mandi lebih awal atau mengurus segala keperluan perlengkapan sekolah. Sekali lagi, Semua itu dilakukan Mamak karena ingin membiasakan dan menumbuhkan kepribadian ku seperti hal yang dilakukan induk ayam tadi.

“Duh, kakiku “. Suara jeritan Rohim

“Kenapa Him? Aku bertanya sambil tertawa. Padahal aku sudah tahu bahwa kaki sebelah kirinya tersandung dikayu jembatan. Kaki tersandung adalah hal yang sudah biasa bagi kami. Lihatlah kaki kami yang tidak menggunakan alas apapun. Berbeda jauh dengan mereka yang bersekolah dikota, menggunakan sepatu dan berseragam lengkap bahkan diantar orang tua. menggunakan sepatu oleh teman-teman dikampung kami masih jarang, paling hanya bagi mereka yang memiliki rezeki lebih.

“Kau tak perlu bertanya lagi, Hamid”. Jawab Rohim dengan nada jengkel. “Kau sudah melihatnya tadi dan bahkan kau sambil tertawa ketika bertanya. Kau sepertinya senang ketika kakiku tersandung kayu jembatan ini”.

Dikampungku, setiap kepemilikan kebun itu dipisahkan oleh parit-parit kecil. Tidak hanya berfungsi sebagai pembatas antar kebun saja melainkan parit tersebut juga sebagai jalur untuk mengeluarkan hasil panen dari dalam kebun. Jadi jangan heran apabila setiap perjalanan 30 meter selalu ada jembatan kecil yang harus diseberangi.

Aku menghentikan tawaku ketika sudah di depan rumah Nek Ambi. “Kau tunggu disini dulu, aku singgah sebentar mengambil kue jualan ku”. 

Rohim terlihat mengangguk. Tanpa ada satu kata pun yang keluar dari mulutnya. Aku melangkah dan menaiki anak tangga yang berjumlah sekitar lima belas tingkat. Bentuk rumah nek Ambi adalah rumah panggung, yang tinggi tiang penyanggahnya sekitar dua meter. Diteras rumah sudah berdiri nek Ambi sambil membawa bungkusan yang berisi kue jualanku. Dari jualan kue inilah, aku bisa memperoleh uang jajan dan membeli kue yang aku inginkan. Aku menolak setiap mamak ingin memberikan uang jajan dan aku selalu berkata ‘lebih baik uang itu disimpan untuk menambah keperluan dapur. Lagi pula, uang hasil jualan kue nek Ambi yang lalu masih ada’. Aku benar-benar tahu bagaimana susahnya mencari uang dan aku tidak ingin membebani orang tua ku dengan menerima uang jajan setiap berangkat kesekolah. Terkecuali hal yang mendesak.

Mamak juga sempat melarangku untuk berjualan kue disekolah karena takut hal tersebut bisa mengganggu kegiatan belajarku. Aku menjelaskan bahwa aku hanya menggunakan waktu sebelum proses belajar dimulai dan disaat waktu istirahat. Selebihnya jika aku beruntung, jualan kueku bisa habis sebelum proses belajar dimulai. Aku dan Rohim melanjutkan kembali perjalanan. Semoga saja jualan kueku hari ini bisa lebih cepat habis. 

Thursday, August 3, 2017

Tempat Ini Membuat Anda Terasa Berada di Salju



Pernah terfikirkan, jika bagian barat di Pulau Kalimantan akan turun salju? Bayangan hal seperti itu tentu saja sulit untuk diterima. Secara logika saja, Kalimantan Barat merupakan daerah yang dilalui garis khatulistiwa dan akan terasa sangat panas pada musim kemarau. Tetapi tidak tau juga jika terjadi fenomena alam yang mengakibatkan sebagian daerah Kalbar dituruni salju.

Lalu bagaimana dengan foto-foto yang berlatarkan salju dan sempat heboh di media sosial? Sekilas memang sangat mirip dengan salju sungguhan. Namun jika diperhatikan dengan seksama terdapat beberapa keganjalan yang akan membuat anda berfikir bahwa itu bukanlah salju sungguhan. Karena menurut saya tempat ini unik (walaupun saya telah mengetahui ini bukan salju sungguhan), saya punya keinginan untuk mengabadikan foto ditempat yang saya anggap langka ini. 

Kebetulan saat itu saya dan teman-teman yang lainnya sedang menghadiri pesta rakyat di Mempawah. Karena lokasinya yang sudah tidak jauh dari Mempawah, kami pun memutuskan untuk sekalian pergi ke lokasi ini. Ibarat pepatah, sekali mendayung dua tiga pulau terlampaui. Artinya sekali saja mengunjungi Mempawah langsung bisa mengunjungi banyak tempat (kurang lebih begitu maksudnya).

Sebelum pergi ke lokasi tersebut, saya dan yang lainnya menyempatkan diri dulu untuk ngopi di terminal. Biar mata bisa jreng dan perjalanan tidak terasa melelahkan. Setelah ngopi, kami pun berangkat dan sempat mampir sebentar dirumah teman. Didalam perjalanan menuju kesana, ada beberapa tempat wisata yang kami lewatkan. Seperti Mempawah Mangrove park, Wisata Nusantara dan Makam Daeng Manambon. Karena waktu yang tidak memungkinkan, Tempat tersebut hanya kami lalui saja dan mungkin dikesempatan lain bisa untuk berkunjung.

Akhirnya kami sampai di lokasi tujuan. Tempat yang sering dikatakan sebagai taman salju ini terletak di Desa Sungai Limau Kecamatan Sui Kunyit. Masih termasuk dalam wilayah Kabupaten Mempawah. Untuk masuk ke lokasi ini dikenakan biaya secara cuma-cuma alias gratis. Kenapa gratis? Karena sejatinya tempat ini bukanlah dikhususkan untuk wisata melainkan sebuah proyek perusahaan yang stop beroperasi. Kalau perusahaannya sedang beroperasi sih belum tentu bisa diizinkan untuk masuk kelokasi ini.

Dari jauh terlihat cukup banyak orang yang datang ke wisata dadakan ini. Tidak hanya para remaja dan anak-anak yang sedang 'berburu foto profil', namun ada juga terlihat orang tua. Saya hampir lupa bahwa orang tua sekarang ini juga banyak berkecimpung di media sosial, sehingga juga butuh yang namanya eksis. hehehe. Supaya motor tidak kepanasan akibat teriknya matahari pukul 11.00, kami pun mencari lokasi yang pas untuk motor berteduh. Jika kebanyakan yang lainnya masuk melalui jalan perusahaan, berbeda dengan kami yang masuk melalui gang. Dan disini sangat pas untuk menyimpan motor karena berteduh dibawah pohon kelapa (tapi jangan disimpan tepat dibawah buah kelapa yang kering. Takutnya buah kelapa jatuh dan menimpa kendaraan).


Tanpa membuang waktu, saya dan yang lainnya pun langsung menuju ke lokasi. Ketika memasuki area tersebut, ternyata keindahan yang tampak dari jauh berbanding terbalik ketika dilihat secara dekat. Bercak-bercak warna kecoklatan dan kekuningan sudah banyak terlihat dimana-mana.  Ini dikarenakan karpet yang di hamparkan sudah menempel dengan tanah. Sehingga ketika hujan tiba, warna kotoran dari tanah tersebut akan terserap oleh karpet. Belum lagi sering di injak oleh pengunjung. Jadi sudah jelaskan. Ternyata yang dianggap mirip salju ini bukanlah pasir putih apalagi salju salju, melainkan hanyalah hamparan sebuah karpet milik perusahaan dalam proses pembangunan.

"udah, anggap jak salju nye banyak yang meleleh dah" ungkap dari teman yang berada di samping.

Apa yang disampaikan teman saya ternyata betul juga. Anggap saja kami berkunjung ditempat ini ketika saljunya mulai habis. Jadi jika ingin mengunggah foto beri saja keterangan bahwa kami datang disaat yang tidak tepat.

 Kami pun melanjutkan lagi perjalanan untuk mencari spot yang bagus dalam mengambil gambar. Tidak sengaja kami memperhatikan Mbak-mbak yang sedang berfoto dengan menggunakan kostum yang lengkap ala-ala salju. Mulai dari menggunakan kupluk, jacket yang tebal, syal, sepatu hingga bersarung tangan. Tawa kami pun pecah melihat hal seperti itu (tanpa sepengetahuan dia). Tertawa kami bukannya tanpa alasan, melainkan membayangkan jika menggunakan kostum tersebut di bawah teriknya sinar matahari. Tidak hanya kehangatan yang didapat tetapi sekaligus juga mandi keringat (hehehe). Tetapi saya suka gaya mbak, bisa tampil maksimal dan tetap tersenyum walaupun sebenarnya cuaca sangat panas. Peace Mbak.

Semakain jauh kedalam, ternyata tidak hanya Mbak tadi saja yang demikian. Banyak juga yang lainnya menggunakan kostum ala-ala salju tersebut. Seandainya saja hal seperti itu terfikirkan oleh kami sebelumnya, mungkin kami juga seperti mereka. Lengkap dengan kostum musim salju.

Kami pun berhenti di lokasi yang kami rasa cukup bagus. Awal-awalnya masih sangat ragu untuk berfoto dikarenakan anggapan kami terhadap lokasi yang sudah tidak menarik akibat sebagian karpet (maaf, maksudnya salju) sudah dipenuhi bercak. Belum lagi teriknya matahari yang membuat keringat mengalir di dahi. Namun setelah cekrekan pertama dianggap berhasil alias bagus, barulah teman-teman yang lainnya kelihatan semangat untuk minta difotokan juga. Ternyata kunci menariknya sebuah foto tidak terlepas dari cara mengambilnya sang fotographer. Walaupun hanya bermodalkan kamera Hp, ini sudah sangat kami syukuri karena bisa mengabadikan momen kami ketika berada disini.


Tidak hanya dengan pose berdiri saja. Biar kelihatan seperti di salju sungguhan, kami pun mengubah gaya kami dengan cara yang unik lainnya. Mulai dari meloncat (seolah-olah senang menginjakkan kaki di salju), terbaring (seolah-olah menikmati keindahan langit tanpa silaunya matahari) hingga tengkurap (seolah-olah kami sedang mengaup salju). Tapi aksi itu semua hanyalah sebuah drama. Padahal sebenarnya kami berjuang mati-matian untuk melawan teriknya matahari yang semakin panas yang mengakibatkan keringat semakin deras mengucur (Ah, lebay). 

Dibandingkan dengan pengunjung yang lainnya, hanya kami saja yang rela untuk berbaring hingga tengkurap. Tanpa disadari di hadapan kami ternyata ada kotoran kucing yang berserakan. Untung tidak kena. Jika terkena, mau taruh dimana muka ini. Bukan masalah kotorannya (karena sudah kering) melainkan malunya itu dilihat dengan pengunjung yang lain.


Tidak hanya sampai disitu. Kami pun beraksi kembali dengan hal unik yang lainnya. Kali ini kami berfoto dengan memegang sebuah bendera yang seolah-olah merupakan perwakilan suatu komunitas. Tidak disangka ternyata bendera yang dibawa untuk kegiatan sebelumnya bermanfaat juga sebagai properti disini. Lima cekrekan pun didapat dengan raut muka yang seolah-olah bangga karena telah membawa nama komunitas di tingkat internasional. Do'a kan saja semoga kedepannya bisa menjadi hal yang kenyataan.

Jika anda berminat untuk berkunjung kesini, saya sarankan untuk datang pada saat sore hari. Selain cuaca yang tidak panas, pada saat sore hari juga anda bisa sekaligus menikmati keindahan sunshet. Selain itu, persiapkan juga segala properti yang bisa mendukung dalam pengambilan foto anda.

Lirik Lagu Sungai Kapuas

Judul Lagu: Sungai Kapuas
Pencipta: Paul Putra Frederick

Sumber: Youtube.com

Sungai Kapuas punye cerite
Dari jaman nenek moyang kite
Di pulau Kalimantan tempatnye
Pontianak itulah ibu kotenye

Sungainye sunggoh panjang ade keraton raje
Pangkalan Senghie dan tugu Khatulistiwe
Kalimantan pon kaye adat dan budayenye
Udah terkenal sampailah ke negeri seberang

Ade agik cerite
bile kite minom aeknye
Biar pon jaoh di negeri orang
Rase rindu nak pulang

Sungai Kapuas punye cerite
Aek Kapuas jadi legende

Sungai Kapuas punye cerite
Dari jaman nenek moyang kite
Di pulau Kalimantan tempatnye
Pontianak itulah ibu kotenye

Sungainye sunggoh panjang ade keraton raje
Pangkalan Senghie dan tugu Khatulistiwe
Kalimantan pon kaye adat dan budayenye
Udah terkenal sampailah ke negeri seberang

Ade agik cerite
bile kite minom aeknye
Biar pon jaoh di negeri orang
Rase rindu nak pulang

Sungai Kapuas punye cerite
Aek Kapuas jadi legende

Sungai Kapuas punye cerite
Aek Kapuas jadi legende



Lihat juga lirik lagu yang lainnya:
Lirik Lagu Kopi Pancong
Lirik Lagu Aek Kapuas
Lirik Lagu Kote Pontianak
Lirik Lagu Balek Kampong
Lirik Lagu Sekapor Sireh

Lirik Lagu Aek Kapuas

Judul Lagu: Aek Kapuas
Pencipta: Paul Putra Frederick dan Yan. G

Sumber: Youtube.com

Hei...sampan laju
Sampan laju dari hile' sampai ke hulu
Sungai Kapuas
Sunggoh panjang dari dolo' membelah kote

Hei...tak disangke
Tak disangke dolo' hutan menjadi kote
Ramai pendudoknye
Pontianak name kotenye

Sungai Kapuas punye cerite
Bile kite minom aeknye
Biar pon pegi jaoh kemane
Sunggoh susah nak ngelupakkannye

Hei...Kapuas
Hei...Kapuas

Hei...sampan laju
Sampan laju dari hile' sampai ke hulu
Sungai Kapuas
Sunggoh panjang dari dolo' membelah kote

Hei...tak disangke
Tak disangke dolo' hutan menjadi kote
Ramai pendudoknye
Pontianak name kotenye

Sungai Kapuas punye cerite
Bile kite minom aeknye
Biar pon pegi jaoh kemane
Sunggoh susah nak ngelupakkannye

He...Kapuas
He...Kapuas



Lihat juga lirik lagu yang lainnya:
Lirik Lagu Kopi Pancong
Lirik Lagu Sungai Kapuas
Lirik Lagu Balek Kampong
Lirik Lagu Kote Pontianak
Lirik Lagu Galaherang
Lirik Lagu Sekapor Sireh

Wednesday, August 2, 2017

Lirik Lagu Kote Pontianak

Judul Lagu: Kote Pontianak
Pencipta: Zairin Achmad

Sumber: Youtube.com

Kote Pontianak
Ibu Kote Kalimantan Barat
Disanak semue ade
Disanak semue bise
Asalkan sesuai aturannye

Kote Pontianak
Pintu gerbang Kalimantan Barat
Maok bedagang silehkan
Wisata tak ketinggalan
Kotenye cantek ramah pendudoknye

Silehkan anda datang
Selalu kamek nantikan
Kecik telapak tangan
nyirok pon kamek tadahkan

Ditepi Sungai Kapuas
Berdiri megah Keraton Kadariah
Mesjed Jami' Sultan Abdurrahman
Kebanggaan dari jaman kerajaan

Satu agek ciri kote kamek
Sebelah utarenye Siantan
Ade tugu khatulistiwe
Tak jaoh dari Batu Layang

Pontianak kote kamek
Pontianak sunggoh cantek
Aman damai dan menarek
Pontianak yang cantek

Kote Pontianak
Pintu gerbang Kalimantan Barat
Maok bedagang silehkan
Wisata tak ketinggalan
Kotenye cantek ramah pendudoknye

Silehkan anda datang
Selalu kamek nantikan
Kecik telapak tangan
nyirok pon kamek tadahkan

Ditepi Sungai Kapuas
Berdiri megah Keraton Kadariah
Mesjed Jami' Sultan Abdurrahman
Kebanggaan dari jaman kerajaan

Satu agek ciri kote kamek
Sebelah utarenye Siantan
Ade tugu khatulistiwe
Tak jaoh dari Batu Layang
 
Pontianak kote kamek
Pontianak sunggoh cantek
Aman damai dan menarek
Pontianak yang cantek

Pontianak sunggoh cantek
Pontianak yang cantek



Lihat juga lirik lagu yang lainnya:
Lirik Lagu Kopi Pancong
Lirik Lagu Sungai Kapuas
Lirik Lagu Balek Kampong
Lirik Lagu Aek Kapuas
Lirik Lagu Galaherang
Lirik Lagu Sekapor Sireh